Friday, May 27, 2011

KEMUNGKARAN-KEMUNGKARAN DALAM PERNIKAHAN

Saudara tercinta...ketahuilah bahwa pernikahan merupakan sunnah para Rasul sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla.

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلاً مِن قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ أَزْوَاجًا وَذُرِّيَّةً وَمَاكَانَ لِرَسُولٍ أَن يَأْتِيَ بِئَايَةٍ إِلاَّ بِإِذْنِ اللهِ لِكُلِّ أَجَلٍ كِتَابٌ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan. Dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan suatu ayat (mu'jizat) melainkan dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada kitab (yang tertentu). [Ar-Ra’du: 38]

Dan ketahuilah pula bahwa pernikahan merupakan nikmat Allah Azza wa Jalla atas hambaNya, tersimpan di dalamnya segala kebaikan agama dan dunia, bagi pribadi dan masyarakat, itulah sebabnya mengapa Islam sangat menganjurkan pernikahan, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla.

وَأَنكِحُوا اْلأَيَامَى مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. [An-Nuur: 32]

Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ

Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian mampu untuk menikah, maka segeralah menikah, karena pernikahan itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. [HR. Bukhari no. 1905, 5065, Muslim no. 1400].

Hendaklah kita semua mensyukuri nikmat ini dan tidak menodainya dengan berbagai kemungkaran pernikahan yang beraneka macam, sesuai dengah kemajuan zaman dan adat istiadat yang dipertahankan, mulai sejak awal pernikahan hingga penutupan. Semua ini hendaklah menjadikan setiap muslim untuk berhati-hati dan waspada dari kemungkaran-kemungkaran tersebut, selanjutnya berusaha menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar sebatas kemampuan masing-masing.

Sebenarnya sangat banyak sekali kemungkaran-kemungkaran pernikahan tersebut, tetapi pada kesempatan ini kami cukupkan beberapa point penting saja, kita memohon kepada Allah agar menghindarkan kita darinya.

KEMUNGKARAN SEBELUM PERNIKAHAN
1. Kebiasaan Membujang
Syaikh Muhammad Ibnu Shalih Al-Utsaimin ketika ditanya tentang seorang yang membujang dengan alasan belajar, beliau berkata: “Hal ini menyelisihi perintah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, sebab beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا أَتَاكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَأَنْكِحُوهُ

Apabila datang kepadamu (wali perempuan) orang yang baik agama dan akhlaqnya maka nikahkanlah dengannya. [Hadits hasan, lihat “Irwaul Ghalil” no. 1868]

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ

Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian mampu untuk menikah, maka segeralah menikah, karena pernikahan itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. [HR. Bukhari no. 1905, 5065, Muslim no. 1400]

Apabila pernikahan dihindari, berarti menghindari pula kemaslahatan-kemaslahatannya, oleh karenanya saya nasehatkan kepada saudara-saudaraku para wali kaum wanita, dan kepada saudari-saudariku agar jangan menunda pernikahan hanya dengan alasan melanjutkan sekolah, menurut saya jika seorang wanita sudah lulus sekolah ibtidaiyah, bisa baca tulis dan baca al-Qur’an dan hadits itu sudah cukup baginya, lain halnya jika ia memang harus mempelajari ilmu-ilmu yang sangat dibutuhkan manusia seperti ilmu kedokteran atau sejenisnya, apabila memang dalam belajar tersebut tidak ada unsur keharaman seperti ikhtilat (campur baur laki-laki perempuan), dan sejenisnya maka tidak apa-apa. [Ajwibah As’ilah Muhimmah].

2. Menunda Pernikahan Para Putri Dan Saudari
Dalam hal ini Yang mulia Mufti Al-‘Alamah Abdul Aziz Ibnu Baz pernah menulis sebagai berikut: “Dari Abdul Aziz Ibnu Baz untuk segenap kaum muslimin yang membaca tulisan ini –semoga Allah menunjuki kita semua ke jalan yang lurus serta menjadikan kita golongan yang beruntung– amiin.

Sesungguhnya Allah k telah mewajibkan kaum muslimin agar saling tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan agar saling nasehat-menasehati dengan kesabaran dan kebenaran, karena dengan inilah kita semua akan mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat, bagi pribadi dan masyarakat.

Telah sampai kabar kepadaku bahwa banyak di antara manusia sekarang ini menunda menikahkan putri dan saudari mereka hanya dikarenakan alasan-alasan yang tidak syar’i, seperti membantu di rumah dan sejenisnya, semua ini merupakan keharaman dan kedhaliman kepada putri dan saudari mereka, karena Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَأَنكِحُوا اْلأَيَامَى مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. [An-Nuur: 32]

Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu berkata: “Dalam ayat ini Allah menganjurkan untuk menikahkan para wanita baik budak maupun merdeka dan Allah menjamin kecukupan rizqi bagi mereka. Al-Imam At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي اْلأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ

Apabila datang kepadamu seorang pelamar yang baik agama dan akhlaqnya maka nikahkanlah dengannya, jika tidak, maka akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar.

Aku memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar memberi taufiq kepada kaum muslimin dan menghindarkan kita semua dari keburukan jiwa dan perbuatan kita.” [Lihat Majalah Al-Buhuts, 2/267 edisi I tahun 1400 H]

KEMUNGKARAN DISAAT LAMARAN
1. Tidak Melihat Calon Isteri
Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh berkata: “Disunahkan bagi pelamar untuk melihat apa yang biasa nampak pada wanita, seperti wajah dan telapak tangan, memperhatikanya dan memperhatikan apa yang mendorong dirinya untuk menikahinya, berdasarkan sabda Nabi kepada salah seorang sahabat yang hendak menikah:

فَانْظُرْ إِلَيْهَا

Lihatlah dia. [HR. Muslim No. 1425. Dan lihat masalah batas-batas melihat calon isteri dalam As-Sunnah edisi 12 Tahun IV/1421-2000 hal. 61-63].

Imam Ahmad juga meriwayatkan dengan sanad shahih bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا خَطَبَ أَحَدُكُمُ امْرَأَةً فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَنْظُرَ إِلَيْهَا إِذَا كَانَ إِنَّمَا يَنْظُرُ إِلَيْهَا لِخِطْبَتِهِ وَإِنْ كَانَتْ لاَ تَعْلَمُ

Apabila salah seorang diantara kalian melamar seorang wanita, maka tidak mengapa baginya untuk melihat si wanita tersebut, jika memang melihatnya dengan tujuan melamar, sekalipun si wanita tidak mengetahui.

Tetapi tidaklah diperbolehkan bagi seseorang melihat wanita tersebut, sedangkan dirinya tidak mempunyai keinginan untuk menikahinya, demikian pula tidak diperbolehkan melihatnya hanya berduaan saja, memang benar, tidak terlarang melihat sekalipun si wanita tidak merasa dilihat, tetapi apa yang biasa dilakukan oleh orang tua zaman sekarang, mereka sengaja meninggalkan putrinya sendirian dengan calon suaminya beralasan lamaran, ini sama sekali tidak diperbolehkan dan tidak mungkin dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kecemburuan dalam agama. [Al-Mindhar ila bayani katsir Al—Akhtha’ As-Sya’iyah: 141-142]

2. Menuntut Mahar Yang Sangat Tinggi
Syaikh Muhammad Ibnu Shalih Al-Utsaimin berkata: “Mahar yang disyari’atkan adalah mahar yang sedikit, bahkan lebih sedikit itu lebih utama, hal tersebut untuk mencontoh Nabi n yang mulia dan untuk mendapatkan barakah pernikahan, sebab pernikahan yang paling berbarakah ialah yang paling ringan maharnya.

Imam Muslim meiwayatkan dalam shahihnya no. 1425; Bahwa seorang sahabat pernah berkata kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : “Aku hendak menikahi seorang wanita, maka Nabipun bertanya, berapkah maharnya?” Dia menjawab empat uqiyah (160 dirham), Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda empat uqiyah? Seakan-akan kalian memahat perak dari gunung! (Imam Nawawi berkata dalam “Syarh Shahih Muslim 9/553”: “Maka sabda beliau ini adalah membenci dari mempermahal mahar pada sang suami.”) kami tidak dapat memberimu apa-apa, tetapi mudah-mudahan kami dapat memberikannya di lain waktu.”

Umar Ibnu Khathab Radhiyallahu 'anhu juga pernah mengatakan: “Janganlah kalian memahalkan mahar, seandainya hal itu dapat memuliakan kalian di dunia dan akhirat, sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan orang yang paling berhak melakukannya. Sesungguhnya tidaklah beliau memberi mahar kepada para isterinya dan tidak pula seorang dari putrinya diberi mahar lebih dari 12 uqiyah.” [Hadits Shahih, lihat “Irwaul Ghalil” no. 1927].

Fakta membuktikan bahwa memahalkan mahar sangat berdampak negatif, lihatlah betapa banyak kaum lelaki dan wanita yang tertunda pernikahannya disebabkab ini semua! Bahkan kita melihat lelaki bekerja bertahun-tahun lamanya, tertunda menikah disebabkan belum mencukupi maharnya. Inilah dampak negatif memahalkan mahar, yaitu:

• Menghambat kebanyakan kaum laki-laki dan wanita dari menikah.

• Para wali wanita menjadi buta dengan mahar, artinya mahar menurut mereka berarti upah dari putri-putri mereka, sehingga apabila maharnya banyak mereka langsung menikahkannya tanpa peduli akibat dibalik itu semua, sebaliknya apabila maharnya sedikit merekapun tidak segan-segan menolaknya, sekalipun ia seorang yang baik agama dan akhlaqnya.

• Apabila terjadi problematika dalam rumah tangga antara suami isteri, sang suami tidak dapat menceraikan isterinya dengan yang baik, karena ia harus memikirkan maharnya yang mahal tadi, akibatnya iapun menyakiti isterinya dengan harapan si isteri sudi mengembalikan maharnya, barangkali jika maharnya sedikit sang suami akan menceraikan isterinya dengan cara yang baik.

Sesungguhnya jika manusia mau meringankan mahar serta mempratekkannya dalam kehidupan mereka, niscaya masyarakat akan merasakan banyak kebaikan, keamanan, ketentraman, dan penjagaan kaum lelaki dan perempuan dari kekejian. Tetapi sayang, manusia malah beromba-lomba mempermahal mahar, tahun demi tahun bertambah meningkat, entah sampai kapan mereka sadar. [Az-Zawaj: 34-35]

3.Tukar Cincin
Sudah merupakan tradisi para pemuda dan pemudi kita sekarang ialah melakukan tukar cincin disaat tunangan mereka, padahal ini jelas-jelas merupakan tasyabuh (latah/menyeruapi) dengan orang-orang kafir, musuh Allah. Bahkan di antara mereka berkeyakinan bahwa akad pernikahan telah terikat dengan cincin tersebut. Tidak cukup sampai disitu, lebih parah lagi biasanya cincin yang dipakai pelamar laki-laki terbuat dari emas, padahal ini diharamkan berdasarkan dalil-dalil yang banyak sekali, di antaranya hadits Abdullah Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah melihat seorang laki-laki memakai cincin emas ditangannya, Rasulullah n pun mencabut dan melemparnya (cincinnya) seraya bersabda:

يَعْمِدُ أَحَدُكُمْ إِلَى جَمْرَةٍ مِنْ نَارٍ فَيَجْعَلُهَا فِي يَدِهِ

“Salah seorang diantara kalian sengaja mengambil bara api, lalu di ameletakkannya ditangannya.” Tatkala Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berpaling, dikatakan kepada sahabat tersebut: “Ambillah dan manfaatkan cincin tersebut”. Dia menjawab: “Tidak...!!! demi Allah selamanya aku tidak akan mengambilnya karena Rasulullah n telah melemparkannya.” [HR. Muslim no. 2090]

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani berkata dalam “Adab Az-Zifaf: 212”: “Perbuatan ini di samping merupakan tasyabuh (latah/menyerupai) dengan orang kafir, karena memang kebiasaan ini berasal dari budaya kaum Nasrani, juga merupakan budaya klasik, di mana calon mempelai laki-laki memakaikan cincin pada ibu jari kiri mempelai wanita sambil berkata: “Dengan nama Tuhan”, kemudian dipindahkan ke jari telunjuk dengan mengatakan: “dengan nama anak”, kemudian dipindahkan lagi ke jari tengah sambil berkata: “dengan nama ruh Qudus”, dan ketika mengatakan amiin diletakkan di jari manis hingga berakhir”.

KEMUNGKARAN SAAT PESTA PERNIKAHAN
1. Memakai Gaun Pengantin
Maksudnya pengantin perempuan memakai pakaian yang serba putih, bajunya, kaos kaki dan tanganya. Bahkan biasanya pakaian tersebut besar dan panjang hingga si pengantin tidak dapat berjalan kecuali dengan dibantu oleh para pendampingnya dari kalangan wanita dan anak-anak. Tidak cukup sampai di sini, bahkan kemudian mempelai perempuan ditempatkan pada tempat yang luas di hadapan manusia, lalu disambut suaminya dengan memberikan bingkisan hadiah padanya, kadang-kadang dilanjutkan oleh kerabat atau teman sebagaimana terjadi disebagian negara.

Kemungkaran ini mempunyai beberapa bahaya, diantaranya: tasyabbuh (menyerupai) dengan orang-orang kuffar, pemborosan, kesombongan dan pamer kekayaaan. Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلاَتُسْرِفُوا إِنَّهُ لاَيُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. [Al-A’raaf: 31]

2. Pajangan Pengantin
Syaikh Abdul Aziz Ibnu Abdillah Ibnu Baz rahimahullah : “Termasuk kemungkaran-kemungkaran yang diadakan manusia, ialah menjadikan tempat pajangan pengantin laki-laki dan perempuan, yang biasanya didampingi para dayang pesolek dan bertabarruj. Tidak syak lagi bagi orang yang masih mempunyai fitrah yang suci dan kecemburuan dalam agamanya, bahwa perbuatan ini temasuk kemungkaran yang amat besar kerusakkannya, karena kaum pria dengan bebas dapat melihat para wanita pesolek itu. Sungguh semua ini dapat menghantarkan jalan keburukkan, maka wajib bagi setiap muslim agar mewaspadainya dan berusaha menutup celah-celah kesesatan yang dapat menjaga para wanita dari segala hal yang bertentangan dengan syari’at yang mulia.” (Ar-Rasail wa Ajwibah An-Nisa’iyyah: 44).

3. Ikhtilath (Campur Baur Laki-Laki Dan Perempuan)
Syaikh Muhammad Ibnu Shalih Utsaimin berkata menjelaskan dampak negatif ikhtilath dalam acara pernikahan ini: “Wahai kaum muslimin! Pikirkanlah apa yang akan terjadi pada kedua mempelai di hadapan hadirin, bukankah mereka akan mencela jika keduanya jelek? Atau membangkitakan gelora syahwat jika keduanya ganteng atau cantik? Pikirkanlah apa yang akan terjadi? Fitnah apa yang akan melanda, jika tidak fitnah syahwat?!! Wahai kaum muslimin! Kemudian pikirkan satu hal lagi! Apa yang sedang dipikirkan pengantin pria yang sedang dirundung kebahagiaan jika melihat wanita yang lebih cantik, muda dan menawan daripada isterinya di antara para undangan, bukankah kebahagiaan berubah menjadi kesedihan? Hingga sang suami tidak lagi mencintai isterinya! Jadi semua ini adalah faktor penyebab hancurnya rumah tangga.” [Min Mungkarat Al-Aftrah hal 8].

4. Keluarnya Wanita Dengan Memakai Parfum
Di antara kemungkaran pesta pernikahan adalah keluarnya kaum wanita dengan memakai parfum (minyak wangi), padahal mereka berpapasan atau melewati kaum lelaki, tidak syak lagi ini merupakan keharaman, berdasarkan hadits Abu Musa Al-Ats’ary Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

أَيُّمَا اْمَرْأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا رِيحَهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ

Wanita mana yang yang memakai parfum lalu melewati kaum lelaki agar dicium baunya maka dia adalah pezina. [HR. Tirmidzi No. 2786, Abu Daud No. 4173, Nasa’i no. 5141, dengan sanad hasan, lihat “Al-Misykah” no. 1065].

5. Foto
Syaikh Muhammad Ibnu Shalih Al-Utsaimin berkata: “Saya ingin tambahkan satu kemungkaran yang masih terjadi saat pernikahan, telah sampai kabar kepadaku bahwa sebagian wanita sangat gemar menghimpun foto-foto acara pernikahan lalu menyebarkannya, aku tidak mengerti apa yang membuat mereka sangat senang dengan perbuataan ini? Apakah mereka mengira akan ada seseorang yang menyenangi perbuatannya? Sungguh aku tidak membayangkan akan ada orang yang menyenanginya, bagaimama tidak!, senangkah jika foto putri, saudari atau isteri mereka diberikan kepada siapa saja? Senangkah mereka jika foto keluarga mereka sebagai bahan ejekan jika jelek dan bahan pembangkit syahwat jika ternyata sebaliknya? Lebih dari itu, sebagaian mereka bahkan merekam acara pernikahan ini sehingga dapat dinikmati kapan saja dan oleh siapa saja.” [Min Mungkarat al-Afrah, hal. 11]

KEMUNGKARAN DALAM WALIMAH
1. Mengundang orang-orang khusus dari kalangan berpangkat dan kaya raya tanpa mengundang orang-orang miskin.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

شَرُّ الطَّعَامِ طَعَامُ الْوَلِيمَةِ يُدْعَى لَهَا اْلأَغْنِيَاءُ وَيُتْرَكُ الْفُقَرَاءُ وَمَنْ تَرَكَ الدَّعْوَةَ فَقَدْ عَصَى الهَِ وَرَسُولَهُ n

Sejelek-jelek makanan walimah adalah makanan yang hanya orang-orang kaya yang diundang tanpa orang-orang miskin, dan barangsiapa yang tidak memenuhi undangan maka dia telah bermaksiat kepada Allah dan RasulNya. [HR. Bukahari no. 5177, Muslim no. 107, 110]

2. Boros Dan Berlebih-Lebihan
Allah k telah mencela sifat berlebih-lebihan beserta pelakunya dalam 22 ayat al-Qur’an. Di antara , Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلاَتُسْرِفُوا إِنَّهُ لاَيُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. [Al-A’raaf: 31]

وَالَّذِينَ إِذَآ أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا

Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. [Al-Furqan:67]

3. Mengundang Para Artis Dan Biduan
Syaikh Muhammad Ibnu Shalih Al-Utsaimin berkata: “Biasanya pada malam pernikahan, pemilik hajatan mengundang para artis guna memeriahkan pernikahan dengan bayaran yang cukup lumayan. Memang benar, Islam membolehkan nyanyian saat pernikahan, tapi nyanyian yang bagaimana? Nyanyian-nyanyian sekarang ini biasanya malah memilih lagu-lagu yang membangkitkan syahwat serta mendorong perbuatan zina, lihat saja! Betapa banyak sekarang para penyanyi memilih lagu-lagu yang berisi ajakan pacaran, bercinta antara lawan jenis, dan sebagainya. Dampak negatif lainnya yaitu tenggelamnya para hadirin menikmati alunan suara melodi yang dilantunkan para artis tersebut, sehingga menimbulkan fitnah -lebih-lebih di saat seperti ini- . Dampak negatif lainnya adalah mengganggu para tetangga, sebab kadang-kadang –bahkan seringkali- acara ini sampai larut malam.” [Min Munhkarat al-Afrah hal. 5]

PENUTUP
Peringatan Terhadap Adat Jahiliyyah
1. Ucapan Selamat Jahiliyyah
Di antara kebiasaan mungkar yang perlu dijauhi adalah ucapan “Semoga diberkati keharmonisan dan keturunan laki-laki.”

Dr. Shalih As-Sadlan berkata: “Ini merupakan adat sesat yang biasa diucapkan pada zaman jahiliyyah, barangkali hikmah di balik larangan ucapan selamat ini kepada kedua mempelai adalah beberapa perkara berikut:

• Untuk menyelisihi kaum jahiliyyah yang biasa mengucapkan selamat ini.
• Dalam do’a ini terdapat pengkhususan do’a buat anak laki-laki saja tanpa anak perempuan.
• Tidak terdapat do’a kepada kedua mempelai.
• Tidak terdapat sanjungan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
• Menurut Sunnah do’a untuk kedua mempelai adalah

بَارَكَ الهُS لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي الْخَيْرِ

Semoga Allah memberkahi kesenangan dan kesusahanmu serta mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan. [Al-Ahkam Al-Fiqiyyah lis Shadaq wal Walimatil Ursy hal. 112]

2. Bulan Madu
Termasuk fenomena dan tradisi yang menyedihkan adalah apa yang biasa disebut dengan bulan madu yaitu seorang suami menemani isteri untuk pergi keluar kota maupun keluar negeri. Semua ini merupakan tradisi orang-orang kafir yang tidak boleh ditiru oleh orang-orang Islam, apalagi jika negeri yang menjadi tujuaanya adalah negeri-negeri orang-orang kafir, ini jelas sangat berbahaya bagi kedua mempelai. Sang suami akan terpengaruh dengan gaya hidup orang kafir, seperti campur-baur dengan wanita, minum-minum (memabukkan) dan lain-lain. Demikian juga sang isteri akan terpengaruh hingga ia melepaskan mahkota malunya dan terseret le lubang tasyabuh dengan orang-orang kafir yang dilarang dalam syari’at.

Kita memohon kepada Allah k agar menjauhkan kita dari kemungkaran-kemungkaran ini serta menunjuki kita semua ke jalan yang benar dan lurus. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga hari kiamat.

(Diterjemahkan oleh Abu Ubaidah Al-Atsari dari buletin berjudul “Min Mungkaraat Al-Afrakh Wal A’raasy” diterbitkan oleh Daar Al-Wathn, dengan penomeran hadits dari penerjemah).

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun V/1422H/2001M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]

Tuesday, May 3, 2011

PARA WANITA MENDAPATKAN APA DI SURGA KELAK ?

Pertanyaan:

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya: "Pria mendapatkan istri-istri bidadari di Surga, lalu wanita mendapatkan apa?


Jawaban:

Para wanita akan mendapatkan pria ahli Surga, dan pria ahli Surga lebih afdhal dari pada bidadari. Pria yang paling baik ada di antara pria ahli Surga. Dengan demikian, bagian wanita di Surga bisa jadi lebih besar dan lebih banyak daripada bagian pria, dalam masalah pernikahan. Karena wanita di dunia juga (bersuami) mereka mempunyai beberapa suami di Surga. Bila wanita mempunyai 2 suami, ia diberi pilihan untuk memilih di antara keduanya, dan ia akan memilih yang paling baik dari keduanya


(Fatawa wa Durusul Haramil Makki, Syaikh Ibn Utsaimin 1/132, yang dinukil dalam Al-Fatawa Al-Jami'ah lil Mar'atil Muslimah, edisi bahasa Indonesia "Fatwa-fatwa tentang wanita")


Pertanyaan:

Syaikh Abdullah bin Jibrin ditanya: "Ketika saya membaca Al-Qur'an, saya mendapati banyak ayat-ayat yang memberi kabar gembira bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dari kaum laki-laki, dengan balasan bidadari yang cantik sekali. Adakah wanita mendapatkan ganti dari suaminya di akhirat, karena penjelasan tentang kenikmatan Surga senantiasa ditujukan kepada lelaki mukmin. Apakah wanita yang beriman kenimatannya lebih sedikit daripada lelaki mukmin?


Jawaban:

Tidak bisa disangsikan bahwa kenikmatan Surga sifatnya umum untuk laki-laki dan perempuan. Allah berfirman:


"Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal diantara kamu, baik laki-laki ataupun perempuan" (Ali-Imran:195)


"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik" (An-Nahl:97)


"Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita, sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun" (An-Nisa':124)


"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu'min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta'atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar"(Al-Ahzab:35)


Allah telah menyebutkan bahwa mereka akan masuk Surga dalam firman-Nya: "Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan" (Yasin:56)


"Masuklah kamu ke dalam Surga, kamu dan istri-istri kamu digembirakan"(Az-Zukhruf:70)

Allah menyebutkan bahwa wanita akan diciptakan ulang.


"Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan" (Al-Waqi'ah: 35-36)


Maksudnya mengulangi penciptaan wanita-wanita tua dan menjadikan mereka perawan kembali, yang tua kembali muda. Telah disebutkan dalam suatu hadits bahwa wanita dunia mempunyai kelebihan atas bidadari karena ibadah dan ketaatan mereka. Para wanita yang beriman masuk Surga sebagaimana kaum lelaki. Jika wanita pernah menikah beberapa kali, dan ia masuk Surga bersama mereka, ia diberi hak untuk memilih salah satu di antara mereka, maka ia memilih yang paling bagus diantara mereka.


(Dinukil dari Fatawal Mar'ah 1/13, yang dikutip dalam Al-Fatawa Al-Jami'ah lil Mar'atil Muslimah, edisi bahasa Indonesia "Fatwa-fatwa tentang wanita". Syaikh Abdullah bin Jibrin saat ini (th 2003) sudah ditinggalkan oleh Ulama karena mengikuti Abul Fitan - Abul Hasan Al Mishri Al Ma'ribi, red)


http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=377

Monday, February 21, 2011

BATAS-BATAS SYARAK

Soalan:

Tidak bolehkah saya keluar dengan teman lelaki saya jika saya dapat mengawal perasaan serta memahami batas-batas syarak?

Jawapan:

Tidak boleh, kerana ia adalah perbuatan menghampiri zina. Rasulullah S.A.W juga telah berpesan, “apabila seorang lelaki dan seorang perempuan berdua-duan (walaupun dikhalayak ramai), syaitan akan menjadi orang ketiga”(Abu Daud).

Cadangan saya kepada anda, segeralah berkahwin kerana ia akan menghalalkan segala perhubungan anda dengan teman lelaki anda.

Sumber:

Kemusykilan Remaja- menjawab segala persoalan remaja oleh Ustaz Mazlee Malik

Friday, February 11, 2011

SAMBUT HARI VALENTINE

Soalan:

Apakah hukumnya menyambut hari Valentine walaupun hanya untuk bersuka-suka sahaja?

Jawapan:

Hukumnya haram. Adalah tidak wajar seseorang merayakan hari perayaan yang membuka ruang pintu maksiat dan zina.

Alasan suka-suka bukanlah lesen bagi seseorang untuk melakukan dosa dan maksiat. Adakah seseorang tidak akan berdosa jika dia mengatakan saya membunuh kerana suka-suka, saya menipu kerana suka-suka. Saya mencuri kerana suka-suka, saya berzina kerana suka-suka, saya tinggalkan solat kerana suka-suka dan pelbagai lagi.

Sumber:

Buku Kemusykilan Remaja - menjawab segala persoalan remaja oleh Ustaz Mazlee Malik

Monday, January 3, 2011

ANAK YANG SALIH


عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسلَّمَ: إِذَا مَاتَ الْعَبْدُ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَاِلحٍ يَدْعُوْ لَهُ
(رواه مسلم)
Terjemahan:
Daripada Abi Hurairah (ra), katanya: Telah bersabda Rasulullah (sallallahu alayhi wasalam): Apabila mati seorang hamba (manusia) maka terputuslah segala amalannya kecuali 3 perkara: sadakah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang salih yang mendoakannya.
(HR Muslim)

Syarah Al-Hadis:
Allah SWT menjadikan alam dunia ini sebagai alam beramal. Di alam inilah manusia bersungguh-sungguh membuat perbekalan untuk kebahagiaan hidupnya di akhirat nanti. Sedangkan alam akhirat adalah alam pembalasan. Manusia akan mendapat ganjaran di akhirat nanti sesuai dengan usaha mereka di dunia ini, jika baik berbahagialah ia di sana, dan jika sebaliknya akan menderitalah ia.

Bagi umat Islam kematian bukanlah akhir segala-galanya. Kematian hanyalah sekedar perpindahan dari alam amal ke alam pembalasan. Di alam akhirat kita tidak dapat menambah amal baik kita lagi walaupun sebesar zarrah, demikian juga dengan usaha untuk pengampunan dosa.

Segala amalan manusia terputus kecuali tiga perkara. Itupun hanyalah sekedar kesan daripada amalan-amalannya ketika di dunia dahulu, iaitu: sadakah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak salih yang mendoakannya.

1. Sadakah Jariah
Sadakah jariah maksudnya ialah sadakah yang pahalanya berterusan diterima olih orang yang bersedekah seperti mewakafkan sebidang tanah untuk kegunaan awam, membangun masjid, madrasah, rumah anak yatim, hospital dan lain-lain.

Ganjaran pahala amalan di atas akan berterusan diterima olih orang berkenaan selagi sadakahnya itu dimanfaatkan olih orang hidup. Ganjaran wakaf/sadakah amat besar di sisi Allah, lebih-lebih lagi jika wakaf/sadakah itu sesuatu yang dapat menopang dan menolong melancarkan aktiviti keagamaan seperti aktiviti keilmuan, keselesaan tempat-tempat ibadah, jihad dan lain-lain lagi.

2. Ilmu yang bermanfaat
Ilmu yang pernah diajarnya semasa hidupnya, lalu dimanfaatkan orang setelah wafatnya seperti ilmu yang diajarnya kepada pelajar-pelajarnya, ilmu yang disebarnya di kalangan orang ramai, dan juga termasuk penyebaran ilmu melalui kitab-kitab atau kaset-kaset.

Jadi semua ilmu yang boleh mendatangkan manfaat jika mempelajarinya, baik secara langsung ataupun secara tulisan maka ganjaran akan terus mengalir kepadanya walaupun ia telah wafat. Berapa banyak para ulama yang wafat ratusan tahun yang silam dan kitab-kitab mereka terus mengajar ajarannya? Ini adalah anugerah daripada Allah SWT.

3. Anak Salih Yang Mendoakannya
Yang dimaksudkan dengan anak yang salih ialah anak kandungnya, baik yang lelaki ataupun wanita, cucunya dari anak lelaki ataupun cucunya dari anak perempuan. Ibubapa akan terus mendapat ganjaran pahala dari segala amalan baik dan doa-doa mereka. Anak cucu yang salih setiap waktu mendoakan orang tua mereka agar mendapat ampunan Allah, rahmat Allah, derjat yang tinggi dan lipat ganda pahala di sisi Allah.

Kesemua amalan yang terkandung di dalam hadis di atas pada hakikatnya adalah maksud kandungan ayat 12 dari surah Yasin:

Sesungguhnya Kamilah yang menghidupkan yang mati, dan menulis apa yang mereka kerjakan dan kesan-kesan mereka.”

Pengajaran yang dapat diambil dari ayat di atas ialah bahwa ada dua macam yang ditulis oleh Allah untuk/ke atas kita, iaitu:
- Apa yang kita lakukan sendiri secara langsung, samada amalan yang baik ataupun amalan yang buruk.
- Kesan-kesan dari amalan kita semasa hidup lalu diteruskan oleh orang lain atau dimanfaatkan olih orang lain.

Jadi amalan yang boleh sampai kepada seseorang karena kesan amalannya ada tiga kategori, iaitu:
i. Perkara yang diamalkan oleh orang lain yang disebabkan olehnya samada karena dorongannya ataupun karena tunjuk ajarnya.

ii. Perkara yang dimanfaatkan oleh orang lain karena menteladani kebaikan yang pernah dibuatnya.

iii. Perkara yang diamalkan oleh orang lain lalu dihadiahkan kepadanya, atau sadakah yang diberikan atas namanya, atau doa yang ditujukan untuknya, samada olih anak kandungnya ataupun anak didiknya, atau kaum kerabatnya, ataupun kaum muslimin lainnya seperti doa mereka dan istighfar mereka.

Lihat ayat 10 Surah Al-Hasyr:
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian di dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan Kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”.

Berbakti Kepada Ibubapa Setelah Mereka Wafat:
Sebagaimana ibubapa ada hak bakti yang mesti tunaikan oleh anak-anaknya semasa hidupnya, demikian juga mereka ada hak tersebut walaupun mereka sudah wafat.

Ini berdasarkan hadis sahih berikut:

Daripada Abi Usaid Malik Bin Rabi’ah As-Saa’idi (ra) katanya: Ketika kami sedang duduk-duduk dengan Rasulullah (sallallhu alayhi wasalam) tiba-tiba datang seorang lelaki dari Bani Salamah, lalu berkata: Ya Rasulullah, adakah masih ada lagi kebaktian yang boleh aku lakukan kepada ibubapaku setelah mereka berdua wafat? Jawab baginda: Ada, iaitu: Mendoakan mereka, memohon ampunan untuk mereka, melaksanakan wasiat mereka, menghubungkan silaturrahmi yang tidak mungkin sampai kepadamu kecuali dengan mereka (datuk, nenek, paman, mak saudara dan lain-lain), memuliakan sahabat karib mereka.
[HR Abu Daud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban]

Selain kandungan hadis di atas, kita juga boleh bersedekah untuk mereka, dan sadakah itu dapat memberi manfaat kepada mereka. Ini berdasarkan hadis berikut:

Daripada Abi Hurairah (ra) katanya: Seorang lelaki pernah bertanya kepada Rasulullah (sallalahu alayhi wasalam): Sesungguhnya ayahku telah wafat, beliau tidak berwasiat apa-apa, adakah dapat memberi manfaat kepadanya jika aku bersadakah untuknya? Jawab Nabi (sallallahu alayhi wasalam): Dapat.
[HR Muslim, Ahmad dan An-Nasa’i]

Kita juga bolih menyempurnakan nazar mereka, zakat, haji, melunas hutang mereka.

Demikian juga dengan menghubungi kaum kerabat dan sahabat-sahabat karib mereka adalah juga termasuk ke dalam berbuat bakti/ihsan kepada mereka. Ini berdasarkan hadis-hadis di bawah ini:

Daripada Abi Burdah (ra) katanya: Aku pergi ke Madinah, lalu aku dikunjungi oleh Abdullah Bin Omar (ra), katanya kepadaku: Tahukah engkau mengapa aku datang mengunjungimu? Kataku: Aku tidak tahu. Lalu dia pun berkata: Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah (sallallhu alayhi wasalam) pernah bersabda: “Barangsiapa yang ingin menghubungi bapanya di dalam kuburnya, maka hendaklah dia menghubungi saudara-mara bapanya setelah wafat”. Sesungguhnya ayahku Omar dan ayahmu ada tali persaudaraan dan saling menyayangi, maka aku suka menghubungi pertalian itu.
[Hadis shih riwayat Ibnu Hibban]

Dari Abdullah Bin Omar, katanya: Aku mendengar Rasulullah (sallallahu alayhi wasalam) bersabda: Sesungguhnya jenis kebaktian (kepada kedua ibubapa) yang paling baik ialah anak yang menghubungi keluarga orang yang paling dikasihi olih bapanya.
[HR Muslim]

Ust Dr Abdullah Yasin

Saturday, November 20, 2010

12 TIPS FOR MUSLIM YOUTH

Why should you, a young Muslim, be helping to bring your friends closer to Allah?

After all, you've got your own struggles to deal with: trying to explain why you pray to hostile teachers, Hijab discrimination, standing up in class when the professor attacks Islam, dealing with parents who think you've gone nuts because you're growing a beard, or all the other difficulties faced by a number of practicing Muslim youth?

Islam was never meant to be an individualistic faith, reserved for the "chosen few". Muslims have a duty to spread the Deen, and practicing Muslim youth, whether beginners, activists or leaders have a crucial role to play.

"Allah has put them in a position that perhaps no one else is in," notes Sheema Khan, former Muslim Youth of North America (MYNA) advisor for eastern
Canada
. "They have the means to communicate with their peers, they have an understanding of what they're going through plus they have the guidance of Islam."

Who is your childhood friend, who would rather spend Fridays at MacDonald's than the Masjid, or your classmate who is Muslim in name and only knows that "Muslims don't eat pork" going to listen to: the nice Imam of the Masjid who would freak out if he saw the way they were dressed and talked or you who may have grown up with them, joked with them, or see them everyday in school?

The answer is obvious: you.

Don't panic. Here are some tips and advice which can help from other Muslims, many of whom have been there and done that:

Tip #1: Make your intention sincere


All work we do should ideally be for the sake of Allah. That includes the task of bringing someone closer to Allah. That of course means this should not be connected to arrogance, thinking you're the teacher and everyone else should be lucky you've embarked on a crusade to save them. Guidance is from Allah. Make Dua and make sincere efforts and remember Allah can also misguide you if He wills (we seek refuge in Allah from that).

Tip #2: Practice what you preach


Not practicing what you preach is wrong and you will lose the confidence of anyone, young or old, once they figure you out. Don't do it.

Tip #3: Use the Quran and Seerah (biography of the Prophet) as Dawa guides

Read and understand those chapters of the Quran which talk about how the Prophets presented the message of Islam to their people. Read the Seerah to see especially how the Prophet Muhammad (peace and blessings be upon him) brought Islam to so many different people, including young people.

As well, talk to Dawa workers, and check out manuals they may have written, like Yahiya Emerick's
How to Tell Others About Islam.

Tip #4: Talk to people as if you really don't know them

Don't assume you know someone just by looking at them. You don't know that the Muslim girl in your homeroom who walks through the school's hallways as if they were fashion show catwalks is not someone you can talk to about Allah because she looks like a snob. Or that the Muslim guy who you've never seen at Juma at your university is a "bad Muslim". Maybe he was never really taught Islam and has no idea what importance Friday prayers have in Islam, especially for Muslim men.

Tip #5: Smile


Did you know the Prophet was big on smiling? But many "practicing" Muslims seem to have "their faces on upside down" as one speaker once said-frowning and serious.
Smiling, being polite and kind are all part of the manners of the Prophet, which we must exercise in our daily lives. If we want to approach others with Islam, we have to make ourselves approachable. Smiling is key to this.

But note that being approachable does not mean being flirtations with the other gender. There are Islamic rules for how men and women should deal with each other which have to be respected. Dawa is no excuse to have long and private conversations and meetings with the other sex, for example. Set up a system where someone expressing an interest in Islam is referred to someone of the same sex.

Tip #6: Take the initiative and hang out with them

Take the first step and invite someone you may have spoken to a couple of times to sit at lunch together, to check out a hockey game or invite them over for Iftar in Ramadan. Also, share difficulties, sorrows and frustrations. Help with homework, be a shoulder to cry on when depression hits, or just plain listen when your friend is upset, discuss common problems and KEEP THEIR SECRETS. There are few things as annoying as a snitch and backstabber. But an important note: if the problem is of a serious nature,(i.e. your friend is thinking of committing suicide or is taking drugs), notify and consult an adult immediately.

Tip #7: Show them Islam is relevant today, right here, right now

Young people may think Islam is too "old fashioned" and not in tune with the modern age. Prove this wrong. Show how Islam is really about relating to Allah, which any human being can do, anywhere, anytime. Allah is always closer to you than your jugular vein and He hears and knows everything. Encourage friends to ask Allah's help during tests, exams, and in dealing with problems at home with parents and siblings. Also point out how Islam relates to teenagers: Islam gives you focus and an understanding of who you are and where you are going, which most of "teen culture" does not.

Tip #8: Get them involved in volunteer work with you

If you are already involved in the community, get your friend to help out. Ask them to make a flyer for one of your youth group's events or brainstorm for ideas about activities to hold this school year. This involvement makes them feel part of the Muslim community and deepens your friendship, since you are now working together on something beneficial for both of you. Make sure you thank them for their contribution.

Tip #9: Ask them 4 fundamental questions

As your friendship develops, you will notice the topics you discuss may become more serious. You may be discussing, for instance, future goals and plans. Khan recommends four questions to ask that can steer the topic to Allah and Islam:
a. Where am I going in life and what would make me really happy deep down inside?
b. What do I believe?
c. Who should I be grateful to?
d. Did I get to where I am today without the help of anyone?
Tip #10: Emphasize praying five times a day before any other aspect of Islam

A person's main connection with Allah, on a daily basis, is through the prayer five times a day. Don't emphasize any other aspect of Islam until your friend starts making a real effort to pray five times a day. Emphasize the direct connection one has with Allah in prayer. If they are facing a problem, tell them to pray, and to ask Allah for help in Salah and outside this time. When possible, make it a point to pray together during your "hang out time". If your friend begins to pray, that is the first step to other aspects of Islam like giving up swearing, treating parents with respect or dressing Islamically.

Tip# 11: Help instill confidence in adults

Adults, like Bart Simpson's dad Homer, are considered bumbling idiots in the eyes of "teen culture". Your job as a young Muslim is to help turn the tables on this false and unIslamic belief. All you have to do is this: when a Muslim adult does something good (i.e. saving someone's life, donating money to a worthy cause, the Imam gives a good speech, taking good care of his/her family) bring it up in the course of your conversations with your friend and praise the adult in question. Doing this regularly may not only change your friend's perspective, but could lead to them seeing their own parents in a more respectful way.

Tip #12: Support them even when they become more practicing

Remember, just because a person starts practicing Islam more regularly, this does not mean everything will be okay from this point onwards. There will still be hard times, difficulties. There may be times when your friend may have doubts about his or her newfound practice of Islam. Be there to reassure them.

Source: http://www.soundvision.com/Info/parenting/teens/12tips.asp